<$BlogRSDURL$>

S u r a n t o

Yogyakarta / Warga Epistoholik Indonesia

Saturday, May 01, 2004

Wonogiri, 1 Mei 2004

Kepada Yth.
Sdr. SURANTO (suranto_umy@yahoo.com)

Dengan hormat,
Majalah internasional TIME (6/4/1992) pernah memuat profil seorang epistoholik, julukan hebat untuk seseorang yang kecanduan menulis surat-surat pembaca di pelbagai media massa. Namanya Anthony Parakal (72 tahun) dari India, melakoni hobinya sejak 1953. Saat ini koleksinya mencapai 5.000 surat dan tercatat di Guinness Book Of World Records 1993 edisi India.

Menurut pendapat saya, Sdr. Suranto adalah juga seorang epistoholik sejati. Contoh surat pembaca Anda berjudul Perilaku Sang Oportunis (JawaPos, 27/4/2004) sungguh menunjukkan ketajaman pengamatan Anda dan pantas untuk Anda sampaikan kepada masyarakat luas. Saya menyukai isi surat Anda tersebut

Merujuk hal tersebut, dengan senang hati saya mempersilakan Anda untuk bergabung sebagai warga Epistoholik Indonesia (EI), yaitu jaringan para penulis surat pembaca se-Indonesia. Seperti lajimnya jaringan, EI bukan organisasi formal. Semangatnya egaliter, sebagai wahana antar warga EI untuk bersosialisasi, bertukar gagasan dan berazaskan asah-asih-asuh, demi meluaskan pergaulan dan wawasan intelektual kita.

Untuk menghormati dedikasi Anda sebagai epistoholik Indonesia, bersama ini kami di EI berencana memajang karya surat-surat pembaca Anda di situs Internet, hingga dapat diakses para peminat setiap saat dari mana pun di dunia ini.

Judul situs Anda nantinya (seperti kop nama koran) adalah : Suranto / Yogyakarta – Warga Epistoholik Indonesia. Untuk itu Anda TIDAK DITARIK BIAYA apa pun. Kalau Anda tidak menyukainya, situs itu pun dapat dihapus setiap saat, tanpa ada masalah dan juga tanpa ditarik biaya apa pun. Isi surat mau pun dampak yang ditimbulkan dari pemuatan surat-surat itu di luar tanggung jawab situs Epistoholik Indonesia (EI).

Untuk itu, silakan himpun 10-15 (kalau ada) surat pembaca Anda, lengkap dengan data nama koran dan tanggal pemuatannya. Kalau bisa dikirim via email. Kalau tak bisa, kirim fotokopinya saja juga boleh.

Anda juga harus menulis pengantar yang mencakup (1) biodata ringkas, (2) minat khusus mengenai topik-topik/subjek isi surat pembaca Anda, (3) sejak kapan, (4) mengapa Anda menekuni hobi sebagai epistoholik, (5) sudah berapa banyak surat pembaca yang Anda tulis, dan (6) adakah hal-hal/pengalaman/suka-duka yang menarik selama menekuni sebagai epistoholik ?

Untuk mengetahui gambaran situs Epistoholik Indonesia itu, silakan kunjungi di http://epsia.blogspot.com. Semoga surat ini bermanfaat. Saya mohon info ajakan ini dapat pula Anda sebarkan kepada para penulis surat pembaca lainnya di sekitar dan di kota Anda. Terima kasih untuk perhatian Anda. Saya tunggu.

Hormat saya,



Bambang Haryanto
Epistoholik Indonesia

-----------------------

Mengapa Wonogiri Bisa Jadi Markas JEI?
22-12-2003 @ 01:05 AM

Oleh: Lasma Siregar (Melbourne, Australia).

Mediakrasicom, Dunia Sudah Gila - Di selatan pulau Jawa di kota Wonogiri yang adem ayem, ada perkumpulan penulis surat pembaca. Seorang penggemar sepakbola, pembaca dan penulis yang bernama Bambang Haryanto mendirikan JEI atau Jaringan Epistoholik Indonesia.

Untuk jadi anggota tidaklah gampang dan tidak semua orang bisa diterima. Sekalipun dirimu Oma Irama, Gus Dur, Iwan Fals, Bob Hassan ataupun Mbak Tutut ! Soalnya anda harus mengidap sebuah 'penyakit' yang bernama Epistoholik atau kecanduan menulis surat pembaca.

Anthony Parakal dari Mumbay (Bombay) India sudah ketularan sejak tahun 1953. Di tahun 1992 menurut majalah TIME beliau sudah menulis surat pembaca sebanyak 3.760 surat ke seluruh surat kabar dunia yang berbahasa Inggris. Bayangkanlah hobinya!

Banyak orang yang bertanya, "Kok orang bisa kecanduan menulis surat pembaca? Apakah mereka kurang kerjaan atau perlu diperiksa dokter jiwa?"

Berbagai rupa manusia berbagai ragamlah kecanduannya. Ada yang gemar bermabuk-mabuk, kokain, berjudi di casino atau kumpul kebo. Ada yang kecanduan memancing ikan, ngumpulin perangko atau belajar tentang lautan dengan segala fauna dan floranya. Ada yang gemar mendaki gunung bahkan sampai tewas di gunung!

Saya pernah dengar ada orang yang kecanduan supernatural, sampai dipelajarinya tuyul, leak, Drakula di Rumania sampai persantetan di Banyuwangi dan sebagainya. Pokoknya ada sesuatu di sana yang menyebabkan kita tak bisa hidup bahagia tanpa kehadirannya. Ibarat kota Jogja tanpa gudeg, batik, kretek dan gamelannya yang merdu. Begitulah nasib seorang Epistoholik di dunia ini!

JEI semangatnya egaliter sebagai wahana bersosialisasi, bertukar gagasan, berasaskan saling asah, asih dan asuh. Banyak orang di Australia yang bilang mereka menemukan sesuatu yang benar dan menarik di lembaran surat pembaca. Yang ditulis rakyat biasa dengan bahasa sederhana tanpa banyak hiasan kata hampa.

Kata orang, kalau mau tahu New York bacalah surat kabar, majalah dan bukunya. Baca surat pembacanya ! Jantung kota New York berdebar dalam kehidupan rakyatnya, aroma jalanan dan ributnya pasar di tengah sibuknya manusia yang kian kemari.

Sebelum menjadi anggota JEI, pikirkanlah baik-baik! Soalnya, sekali anda jatuh cinta tak mungkin berpisah lagi. Seperti seorang yang kecanduan, esok anda akan kembali menulis surat pembaca. Ingatlah nasehat mbahmu: "Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna!"

Seandainya anda kepepet dan tak bisa ditahan-tahan lagi serta perlu P3K (Pertolongan Pertama Pada Ketularan), e-mail dengan segera markas JEI di epsia@plasa.com untuk pertolongan darurat. Bambang Haryanto selalu siap siaga untuk keadaan seperti itu. Harap tenang dan teruslah menulis surat pembaca!

Para pengidap Epistoholik yang dikagumi di Indonesia adalah Soeroyo dari Solo yang pensiun di tahun 1981 dan Hadiwardoyo dari Kaliurang yang berusia 80 tahun tapi berjiwa 18 tahun. Bukan main! Mereka benar-benar penulis surat pembaca yang bermutu.

Dalam menulis mereka tak kalah kalau dibandingkan dengan Taufiq Ismail atau Pramudya Ananta Toer. Nggak percaya? Bacalah surat-surat kabar di pulau Jawa atau internet (http://hwar.blogspot.com dan yang satunya lagi http://epsia.blogspot.com).

Mau ketularan Epistoholik? Go for it! Make your day! (ls, melbourne)

---------------------

MERINTIS WADAH EPISTOHOLIK
Dimuat di Harian Solopos, 5/12/2003


Suatu ketika di bulan Oktober 2003, saya menerima surat dari Wonogiri. Pengirimnya bernama Bambang Haryanto yang mengaku telah banyak membaca tulisan-tulisan saya di (kolom) Pos Pembaca SOLOPOS.

Saya disebut-sebut seorang epistoholik, istilah yang sebelumnya tidak saya kenal. Setelah dijelaskan oleh Sdr. Bambang Haryanto, barulah saya dong (jelas – BH). Lebih lanjut yang bersangkutan bermaksud untuk merintis berdirinya jaringan para penulis Pos Pembaca dalam wadah yang disebut Epistoholik Indonesia.

Gagasannya saya sambut dengan senang hati, karena idenya sangat cemerlang dan dalam jawaban surat, saya nyatakan mendukung seratus persen. Selaku manula saya akan tut wuri handayani, bila perlu urun-urun rembug/masukan yang positif.

Saya pegawai negeri sipil yang sudah pensiun tahun 1981. Setelah pensiun, post-power syndrome saya jauhi dan saya harus berani menghadapi kenyataan. Saya beristirahat total setiap hari, dari bangun tidur sampai tidur kembali yang sungguh menjemukan. Guna menghilangkan sebel, saya isi waktu dengan banyak mendengarkan siaran radio, banyak melihat tayangan TV serta banyak membaca apa saja yang bisa dibaca.

Apabila ada hal-hal yang tidak laras dengan pola pikir saya, maka saya mencoba menulis yang hasilnya saya kirimkan ke redaksi suratkabar, apa saja. Pertama saya kirimkan ke Sinar Harapan, yang kemudian berganti nama Suara Pembaruan yang saya menjadi pelanggannya. Ternyata tulisan-tulisan saya banyak dimuat, kemudian tulisan saya kirimkan juga ke Suara Merdeka, Surya, Bernas dan SOLOPOS. Saya merasa senang kalau tulisan saya dimuat, sebab pasti akan dibaca oleh orang banyak. Rupanya inilah salah satu hiburan saya selaku manula wredatama/pensiunan.

Cukup banyak juga pembaca yang setuju dengan tulisan saya, namun ada juga yang sifatnya memberikan kritik membangun. Paham saya, agar pikiran ini tetap bekerja dan kreatif tidak loyo mengikuti jasmani yang usur di usia senja. Sangat ideal menerapkan TOPP baru, yakni Tua, Optimis, Prima dan Produktif, bukan TOPP lama yang kita kenal : Tua, Ompong, Pikun dan Peot.

Saya anjurkan pada para epistoholik muda supaya lebih gencar menulis yang positif. Semua itu bisa dijadikan sarana guna mencerdaskan anak bangsa. Semoga gagasan indah bisa terlaksana dengan baik. Amin.

Soeroyo (Solo).



posted by bambang  # 6:50 AM

Archives

05/01/2004 - 06/01/2004  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?